orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya (Pramoedya Ananta Toer)

About Me

My photo
seorang guru, peminum kopi, pembaca buku yang suka berjalan kaki

Anda pengunjung ke:

Saturday, October 23, 2010

Antara kita (cinta-diam)

di batas kota kupalingkan wajah
dalam sana ada (juga) yang belum kujamah

~langit senja hampir memerah~

dalam sana, kota mu menyimpan kisah
kita (jadi) peran utama: drama asmara

ku sisakan penuh selembar
agar kisah tiada diam
semua perlu dicatat
semua dapat tempat

hadirmu
menjadi wewangi drama hidup
yang kurekam dalam sajak
harum tiada (pula) terlepas getir kesedihan
seperti sekuntum mawar yang menghias meja makan
tempat kita tuangkan segala kesadaran
atau,
seperti melati
yang menjadi pilihan
bagi sepasang pengantin di hari bahagia

indah,
‘laksa anggrek yang penyendiri
menghimpun hidup dirindang hutan
kau hadir menghimpun rindu di hati

semua perlu dicatat
semua dapat tempat

tentang gunung tempat daun tumbuh menghijau
dan dimana sungai-sungai mengalir

tentu, itu kota milikmu
tempat yang selalu kita kunjungi
hanya untuk sekedar melengkapi hidup
dengan kenangan

dalam sana
aku selalu menunggu
sembari lantunkan shalawat
ku nantikan sejuk senyuman
milikmu

dalam sana, kota berselimut kabut
tempat terlantun segenap do’a
mengiring asmara
lalu kita diam dalam jumpa
seakan tidak sedang bersama
pisah tercerai oleh rasa

kau diam
aku blingsatan

tapi

semua harus dicatat
semua harus dapat tempat

tentang kendaraan yang berlalu lalang
pertontonkan rumitnya hidup (dalam) keterasingan
~sementara kita diam~
gersang oleh kebekuan dan bimbang
lalu kau putuskan untuk hilang
sedang rindu terus menghujam

tentang mendung
dimana kota mu (selalu) berpayung
kotamu, hamparan tanah subur
tempat padi tumbuh dan jasad terkubur

tentang moncong-moncong senapan
(yang) perkasa menghadang kata-kata
di dalam sana, kota mu
tempat sang saka berkibar semestinya
sedang perut-perut (yang) lapar
terdiam (dalam) geram
tentang panji-panji kemunafikan
yang berkibar diantara bayi-bayi terbuang
diantara jiwa yang terlepas dari harapan

antara kau dan aku:
ada cinta yang diam

tentang riuh pesta
serta gemerlap tabur warna
adakah kita (selalu) bersama?
berdansa dalam canda
menimang-nimang angan
lalu saling pergi sebelum saling tikam

tiada perlu (kau) risau ‘tika membaca kisah
yang ku rangkum dalam sajak
(inipun kutulis di wilayah tiada bernama)

di batas kota kupalingkan wajah
dalam sana ada (juga) yang belum ku jamah:
hatimu yang dulu pernah jatuh merindu

kau dan aku (jadi) peran utama
(dalam) drama asmara
terselip dalam lipatan sejarah

~langit senja jadilah merah~

beriring shalawat do’a kupanjat
penuh harap: hati (yang) tabah tetap merekat

di sini masih (juga) kunanti
hatimu datang menepi

Sunday, October 17, 2010

ku bayang ujung akhir

tak terkira
betapa tempat paling nyaman
adalah ruang di rumah

aku hilang
lenyap terlelap dalam sajak
_______________________________________
mendung berkumpul
kenyal mengental

mentari hilang belum waktu
mendung terlalu
gelap terlalu
sedang siang belum berlalu
_______________________________________
bisu menghantam
runtuh beku

penyair dan penanya mati
beralas lembar kertas putih
tiada suatu yang tersembunyi

Friday, October 8, 2010

Sampan berdayung pada riak gelombang


Jika ini pilihan
maka aku sedang memilih sunyi
Jika ini perjalanan
maka aku harus siap
melangkah sendiri dalam sepi

Sedangkan ini perjuangan
darah dan hati ku yang pilih
mendayung sampan pada riak gelombang