Allah will never leave us empty, He will replace everything we have
lost, If He asks us to put something down, It is because He wants us to
pick up something greater.....
Allah akan tidak pernah
meninggalkan kami kosong, dia akan menggantikan segala sesuatu yang
kita telah kehilangan, jika ia meminta kita untuk meletakkan sesuatu,
karena dia ingin kita untuk mengambil sesuatu yang lebih besar.....
diambil dari status: http://www.facebook.com/QUL.HU.ALLAHHU.AHAD
sudah
seharusnya menjadi suatu kesadaran bagi tokoh-tokoh politik Indonesia
untuk kembali memikirkan nasib bangsa ini secara keseluruhan, tidak lagi
bersikap pragmatis yang pada dasarnya (juga) hanya mengedepankan
kepentingan golongan, bukan keseluruhan.
Belajar dari sejarah,
para tokoh pendiri bangsa yang dengan iklas melepas kepentingan pribadi
dan golongan untuk melaksanakan kepentingan secara keseluruhan, untuk
melaksanakan cita-cita besar yang disepakati bersama.
... kita
harus menyadari, bahwa para pemimpin kita dahulu sepakat untuk merdeka,
sedangkan mengenai hal-hal lain akan ditetapkan kemudian. Jadi memang
terasa betapa penting sikap yang diambil bersama-sama oleh para elite
bangsa kita di masa itu. Tanpa adanya sikap seperti ini, kita mungkin
belum merdeka, hingga hari ini (Gus Dur dalam kolom "Membaca Sejarah
Lama (3)".
Kepentingan-kepentingan pragmatis pada dasarnya memang
tidak memiliki pengaruh apapun terhadap pembangunan bangsa, disatu sisi
kepentingan semacam ini mencoba menjawab persoalan-persoalan secara
cepat dan praktis, tapi tentunya ada pihak yang harus dikorbankan,
sebab, meskipun seringkali dikatakan netral, pemecahan masalah secara
pragmatis pada dasarnya memihak-tentu memihak kelompok yang kuat, dengan
begitu pemecahan pragmatis sebenarnya juga ideologis, sebab
melaksanakan kepentingan-kepentingan kelompok tertentu dalam suatu
pemecahan masalah. Dan pastinya hanya menguntungkan pihak tersebut
dengan mengorbankan salah satu pihak.
Jadi, sudah cukup jelas,
penyelesaian masalah secara pragmatis adalah tidak netral. Pragmatisme
ternyata adalah ideologi terselubung, tentunya dikatakan ideologi sebab
melaksanakan gagasan dan kepentingan kelompok tertentu.
Pembangunan
secara ideologis sudah jelas tidak dapat diterima, sebab jelas-jelas
(dan secara terang-terangan) melaksanakan gagasan individu/kelompok
tertentu, bukan atas keseluruhan.
Pembangunan haruslah atas
keseluruhan, pemecahan masalah-masalah sosial seharusnya merupakan
tanggung jawab bersama dan menjadi kepentingan bersama. Tentunya
benar-benar atas dasar kepentingan bersama. Inilah keadilan.
Pada
akhirnya, melepas kepentingan pribadi untuk melaksanakan kepentingan dan
tanggung jawab bersama, menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Allah
tidak akan meninggalkan kami kosong, Allah SWT tidak akan menelantarkan
kita, Allah SWT. akan mengganti segala yang hilang dengan yang lebih
baik, kerelaan melepas untuk mengambil sesuatu yang besar. Tentu,
cita-cita besar bagi bangsa yang besar, Indonesia merdeka 100%.
No comments:
Post a Comment