(I) Malang
Udara mengalir hening dikotamu
diantara dinding – dinding diam yang menyimpan kisah
seperti bentangan siluet
yang menghadirkan bayang –bayang ceriamu
tersenyum anggun menabur kerinduan
kota milikmu semakin ramah oleh bayang senyum itu
(II)Batu
Duduk memandang hilir keramaian
menjelang malam dikota milikmu
Ada setangkup rindu tersaji diatas piring kenangan
walau sudah lama kau buang
Orang ramai datang dan pergi
seperti rangkaian cerita
ada remaja berseragam lupa dengan rumah
ada yang melenggang ringan
habis tebar uang
ada yang berdua mesra bercengkrama
serasa dunia milik berdua
yang laki mengalungkan syal pada leher perempuan
dijawab dengan sipu tanda malu
Menjelang malam
kota milikmu berselimut kabut
(III) Malang
Ada segaris awan di langit kotamu
tipis memudar putih di bentangan biru
seperti bentangan rindu hatiku
Udara mengalir lembut
dingin mengusap wajahku
bercampur sapa ramah matahari
hangat sudah rasa musim dikota milikmu
memeluk erat kuncup-kuncup bunga yang bermekaran
merah muda di pucuk-pucuk hijau dahan
anak-anak terlihat riang mengisi hari
bermain dan berkelahi
yang tua masih lincah menjaga semangat
dan aku diam dalam hidangan alam
Kota milikmu tidak lengkap
tanpa kehadiran senyum ramahmu
(IV)
Angin mengalir
sertakan rindu
yang dulu ku titipkan
mengapung bersama bayangmu
di luar hujan turun dengan malas
aku berteduh pada atap angan
dimana seharusnya mampu ku genggam
hangat cintamu
Malang,
meski berganti nama
rindu ku takkan hilang arah
oleh: Yoehan Rianto P
No comments:
Post a Comment