Menghadap
sementara terdengar kabar berkumandang
kita hentikan sejenak segala hasut-dengki
kembali pada titah ilahi
kesadaran
pemilik segala sirna
hening
membaca pesan alam
"ya ayyuhalladzina amanu
ittiqallahu wab tagaul ilaihilwasilah"
dan nafas ini
adalah kemurahan dariNya
hanyalah untukNya
sebentuk kenangan
otak ini diserbu beribu pengetahuan
hampir-hampir tak ku kenal
hanya seperti ilalang
ah, sekedar kukenang
dimana aku sempat menghilang
tetaplah sama kini dan nanti
aku lebih suka menyendiri
Tentang perjuangan (mimpi dan harapan)
semoga tetap dalam kesadaran:
kita bertarung-juang untuk apa
kita mati untuk apa
satu hati dalam warna pelangi
kita takkan membiarkan mimpi jadi punah mati
dan harapan masih bertebaran
belum juga kita genggam
Sajak kecil buat Ibu
Bendera kemerdekaan
Belum berjudul
jika segala sirna
jika segala tak lagi berwarna
dan hanya terdengar do'a-do'a menghibah
mengharap kemurahan
dari Yang sering terlupa
sajak kecil tentang kebenaran
Sajak sepatu
Sajak yang resah
dan kita tak seharusnya pusing-gundah akan hal ini
(aku ini nulis apa sih?) sebab tanah ini amanat dari Yang Maha kuasa
bukan milik sementara manusia
tapi untuk semua
ow ya, jiwa yang merdeka
aku sedang gelisah
bukan lantaran memandangi ajal diantara kita
tapi karena jalan keadilan kian terjal
sementara hati kita berhias nasionalisme
hanya sementara
dan selanjutnya kembali tertelan dalam individualisme
-aku ini sedang menulis apa?
Untuk apa?
sementara sajakah kita teriak merdeka sembari sementara meneladankan kesetiaan kepada tanah air tercinta (dan sedang kita singkirkan semangat berbangsa)
aku tiada mengerti: aku sedang menulis apa?
Sekedar mengalir begitu saja
dan tangis ibuku mengiringinya
ow ya, jiwa yang merdeka
yang kuterima hanya sumpah serapah
Sajak yang bercerita tentang kata salah satu Pamanku
semua seakan mengatakan: akulah pejuang!
Terkekang dalam simbol-simbol kebanggaan
aku dan pamanku
berjalan seriring
tiada ingin ikut jadi badut
sebab:
jikalau tidak mampu memberi kebahagiaan kepada orang lain,
janganlah menambah dukanya
kami tertawa melihat badut dan bandit bertingkah
atau
hanyakah dengan pedang
segala jadi lurus
dan darah tumpah percuma
Hitam busanaku untuk Merah-Putih panji juangku
tetap riang berkibar:
"MERDEKA!!!"
Luka
Sajak saat malas