dan
kebangsaan itu kembali ditempa, di atas tanah merdeka
membaca lagi sila kelima
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
~cita-cita bangsa,
atau harus
mendaur ulang rasa kebangsaan
berangkat dari awal
yang benar-benar awal
dimana mula kebangsaan dinyatakan:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
kebangsaan itu kembali ditempa, di atas tanah merdeka
membaca lagi sila kelima
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
~cita-cita bangsa,
atau harus
mendaur ulang rasa kebangsaan
berangkat dari awal
yang benar-benar awal
dimana mula kebangsaan dinyatakan:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
dimana Soekarno pun pernah bilang:
“Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang tidak mencari gebyarnya atau kilaunya negeri keluar saja, tetapi haruslah mencari selamatnya manusia.. Nasionalisme kita haruslah lahir daripada ‘menselijkheid’. Nasionalismeku adalah nasionalisme kemanusiaan, begitulah Gandhi berkata,
Nasionalisme kita, oleh karenanya, haruslah nasionalisme yang dengan perkataan baru yang kami sebut: sosio-nasionalisme. Dan demokrasi yang harus kita cita-citakan haruslah demokrasi yang kami sebutkan: sosio-demokrasi”.
..............................
“Nasionalis yang sejati, yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi-dunia dan riwayat, dan bukan semata-mata timbul dari kesombongan bangsa belaka. Nasionalis yang bukan chauvinis, tidak boleh tidak, haruslah menolak segala paham pengecualian yang sempit budi itu. Nasionalis yang sejati yang nasionalismenya itu bukan semata-mata suatu copy atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan, nasionalis yang menerima rasa nasionalismenya itu sebagai suatu wahyu dan melaksanakan rasa itu sebagai suatu bakti. Baginya, maka rasa cinta bangsa itu adalah lebar dan luas, dengan memberi tempat pada segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup.” (Soekarno, 1964).
..............................
“Nasionalisme Eropa ialah suatu nasionalisme yang bersifat menyerang, suatu nasionalisme yang mengejar keperluan sendiri, suatu nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, dan nasionalisme semacam itu akhirnya pastilah binasa,”
..............................
tentu,
nasionalisme
yang memberi kemanusiaan didalam setiap jiwa
bukan sekedar kebanggan semu
nasionalisme
yang memberi cinta kepada setiap jiwa
hingga mau-tanpa ragu memperjuangkan
perbaikan hidup bagi sesama.
Merdeka.
No comments:
Post a Comment