antara bir dan kopi
ada nyanyi
atau semacam tragedi
pada ketiadaan, juang dialamatkan
harapan jadi semacam do'a yang dilantunkan
hisap lagi kretekmu kawan
dan protes kita panjatkan
entah, kepada siapa?
Mungkin pada perut masing-masing
atau pada kesendirian
kita angkat cangkir
pikiran melompat lintasi batas kedaulatan
menerabas aksara sejarah
sembari kusadari:
baru kali ini kulihat bir dituang dalam cangkir
persetan,
kunikmati yang ada padaku
kini atau nanti
sambil menunggu kau mabuk
nanti, malam juga pasti datang
bikin jangkrik mendengkur
lalu kita pun kembali bertafakur
"tersalamkan
persahabatan penuh kedamaian diatas tanah merdeka, dalam gerilya aku
menunggu, juangmu bersambut, sekedar kunyatakan, kawan, aku tetap
dikiri. Atau, masing-masing kita ucapkan: persetan"
No comments:
Post a Comment