dua hari yang lalu
seorang penyair mati
tiada suara dari mulut yang terkatub membeku
tidak pula haru
ada kata
melekat akrab pada lembar pualam,
jadi nisan
itu kata adalah kuncup yang bertunas diketiak waktu,
nanti, musim kembang, do'a berhambur datang
About Me
- Yoehan Rianto Prasetyo
- seorang guru, peminum kopi, pembaca buku yang suka berjalan kaki
Anda pengunjung ke:
Monday, October 24, 2011
rindu itu kangen
rindu adalah jeda untuk kita lebih khusyuk lagi berdo'a, agar kita mengerti apa yang sedang perlu 'tuk jadi mimpi, rindu adalah irama dalam asmara, menjadikan cinta mengalun tak bisu dan rindu adalah waktu untuk kita menunggu. Semoga rindu, bukan suatu permainan asmara darimu.
Saturday, October 22, 2011
realitas (dari) kontemplasi sunyi, baiklah aku mengerti
ada ragam isyarat
memaksa untuk setia terbaca dalam pengertian
terurai pada batas-batas realitas,
isyarat, terungkap ketiadaan
baiklah,
yang kumengerti, kini,
adalah diam
memang tak patut untuk larut
atau bahkan untuk bertanya,
cinta memang bukan kepadaku ia mengarah,
aku, sungguh hina
baiklah,
aku diam, sekarang
menyerah penuh
pada ruang kontemplasi
sepi
milikku sendiri
~aku telah mengerti:
isyarat, tiada kesempatan dan tempat
aku harus kuat
sebab tiada antara,
hanya kita, satu yang sama
baiklah, aku diam dalam ruang yang sepi
memaksa untuk setia terbaca dalam pengertian
terurai pada batas-batas realitas,
isyarat, terungkap ketiadaan
baiklah,
yang kumengerti, kini,
adalah diam
memang tak patut untuk larut
atau bahkan untuk bertanya,
cinta memang bukan kepadaku ia mengarah,
aku, sungguh hina
baiklah,
aku diam, sekarang
menyerah penuh
pada ruang kontemplasi
sepi
milikku sendiri
~aku telah mengerti:
isyarat, tiada kesempatan dan tempat
aku harus kuat
sebab tiada antara,
hanya kita, satu yang sama
baiklah, aku diam dalam ruang yang sepi
realitas
ada realitas dari realitas
segalanya ditampilkan secara samar
dan terartikulasi dengan sadar
esok pagi
'tika aras kembang tak lagi bersemi
adalah antara aku dan Tuhanku
segaris lurus
membongkar kenyataan yang terbungkam
dengan tangan atau hanya pedang
ini wajah kena ludah, siapa sangka
sedang hinaan-hinaan kemarin belum juga terlupa
ancaman jadi hidangan nyata
bukan suatu pilihan untuk jadi pahlawan
sangat mungkin (malah) untuk dikorbankan
sebab segalanya tampil samar
dan terartikulasi secara sadar
ada realitas dari realitas
musim kian meranggas
Friday, October 21, 2011
Wednesday, October 19, 2011
Bayang senyum
setengah dari cangkir kopi
ada yang tersisa dikota milikmu
selain debu kesibukan dan keangkuhan
lembar-lembar sejarah belum selesai ditafsirkan,
kita tambah sebaris aksara~jadi lebih meriah
sadar, tiada tempat tuk sekedar berteduh
bagi lelaki yang terasing dalam ruang yang bising
selain pada aksara, dimana jerit rindu kualamatkan
setengah lagi dari cangkir kopi
[kuangkat dengan telunjuk~sekedar (beri) hormat:
bayang senyum yang senantiasa menemani]
deru kota milikmu, belum juga kumengerti
sedang suratan nasib harus rela dihadapi
dan halusinasi bersamaku, kini
setengah,
mbulan setengah bercahaya
setengahnya lagi, entah
senyummu cair,
lelah dalam penantian
malam telah tiba
yang kurindu bercadar doa
ada yang tersisa dikota milikmu
selain debu kesibukan dan keangkuhan
lembar-lembar sejarah belum selesai ditafsirkan,
kita tambah sebaris aksara~jadi lebih meriah
sadar, tiada tempat tuk sekedar berteduh
bagi lelaki yang terasing dalam ruang yang bising
selain pada aksara, dimana jerit rindu kualamatkan
setengah lagi dari cangkir kopi
[kuangkat dengan telunjuk~sekedar (beri) hormat:
bayang senyum yang senantiasa menemani]
deru kota milikmu, belum juga kumengerti
sedang suratan nasib harus rela dihadapi
dan halusinasi bersamaku, kini
setengah,
mbulan setengah bercahaya
setengahnya lagi, entah
senyummu cair,
lelah dalam penantian
malam telah tiba
yang kurindu bercadar doa
Friday, October 14, 2011
sajak untuk Nur
semacam pandoora kau hadiahkan cinta
atau sekedar basa basi mitologi yang kita pelajari
untuk turut dalam perdebatan-perdebatan
tentang segala yang basi?
Nur,
kabar darimu
isyaratkanku untuk selalu tegar
(selamat Nurul, semoga bahagia selalu hidupmu, amien)
atau sekedar basa basi mitologi yang kita pelajari
untuk turut dalam perdebatan-perdebatan
tentang segala yang basi?
Nur,
kabar darimu
isyaratkanku untuk selalu tegar
(selamat Nurul, semoga bahagia selalu hidupmu, amien)
Thursday, October 13, 2011
sajak kesaksian
sebentar saja melepas penat
lalu kembali pada peran penuh sekat
ku tulis sajak ini di area parkir
diseberang sana
dapat kulihat tuan-nona berpesta
borjuis muda beraksi
sajak ini sekedar saksi
dipisah lalu lalang malam
aku bersama mereka yang terpinggirkan
menjadi bagian dari mereka yang terpinggirkan
angkat gelas, bersulang
mbulan melambung diangkasa hitam
"ku dengar ini negeri sedang bekerja begitu kerasnya
deru pembangunan terasa hingga relung sukma"
bangun, membangun mental-moral kebangsaan:
dari kepribadian anti korupsi
hingga standar hidup konsumerisme tanpa pengaduan
diseberang sana kulihat dansa-dansi
tuan-nona dan banci
angkat gelas, bersulang
mengulang lagi transaksi antara otak dan hati
ingin sekali dianggap 'wajar'
sebagaimana mereka yang kurang ajar
ups...
ya, dibilang salah itu wajar
tiap salah pasti bisa dicari (pem)benarnya
tak perlu risau
atau bisa juga dilupakan tanpa ada usaha untuk menjelaskan
wajar bukan?
aku tulis sajak ini di area parkir
sekedar tumpahkan kesaksian
angin berhembus
diseberang sana aku melihat
pengamen kecil bersenda gurau dengan lamunannya yang entah apa
angkat gelas, kopi tinggal setengah
nikmat juga
kembali bersulang
sementara terdengar canda kawan
aku tenggelam dalam penyaksian
lalu kembali pada peran penuh sekat
ku tulis sajak ini di area parkir
diseberang sana
dapat kulihat tuan-nona berpesta
borjuis muda beraksi
sajak ini sekedar saksi
dipisah lalu lalang malam
aku bersama mereka yang terpinggirkan
menjadi bagian dari mereka yang terpinggirkan
angkat gelas, bersulang
mbulan melambung diangkasa hitam
"ku dengar ini negeri sedang bekerja begitu kerasnya
deru pembangunan terasa hingga relung sukma"
bangun, membangun mental-moral kebangsaan:
dari kepribadian anti korupsi
hingga standar hidup konsumerisme tanpa pengaduan
diseberang sana kulihat dansa-dansi
tuan-nona dan banci
angkat gelas, bersulang
mengulang lagi transaksi antara otak dan hati
ingin sekali dianggap 'wajar'
sebagaimana mereka yang kurang ajar
ups...
ya, dibilang salah itu wajar
tiap salah pasti bisa dicari (pem)benarnya
tak perlu risau
atau bisa juga dilupakan tanpa ada usaha untuk menjelaskan
wajar bukan?
aku tulis sajak ini di area parkir
sekedar tumpahkan kesaksian
angin berhembus
diseberang sana aku melihat
pengamen kecil bersenda gurau dengan lamunannya yang entah apa
angkat gelas, kopi tinggal setengah
nikmat juga
kembali bersulang
sementara terdengar canda kawan
aku tenggelam dalam penyaksian
Sunday, October 2, 2011
sekedar ingin ucap-ungkap
tiada yang lebih bijak diantara guyuran cahaya mentari, dibiarkannya segala jadi lugas terlihat~ada kerinduan yang diam kusimpan, biar.
Tiada yang lebih arif dari rintik gerimis, tangis langit basahi belantara raya, segaris perih kuungkap dalam kata~kutelantarkan hatiku yang letih, biar.
Sedang ku cari kata yang paling rindu, sekedar ingin ucapkan cinta~aku pasrah, berserah dalam do'a: rinduku tiada hilang arah
Tiada yang lebih arif dari rintik gerimis, tangis langit basahi belantara raya, segaris perih kuungkap dalam kata~kutelantarkan hatiku yang letih, biar.
Sedang ku cari kata yang paling rindu, sekedar ingin ucapkan cinta~aku pasrah, berserah dalam do'a: rinduku tiada hilang arah
sajak perjuangan
bersabar menjalani peran kehidupan
sesederhana bumi mengasuh alam
hadir tanpa perisai-pedang
keyakinan mengiring aku datang
iman dan ketakwaan jadilah mata pedang
sesederhana bumi mengasuh alam
hadir tanpa perisai-pedang
keyakinan mengiring aku datang
iman dan ketakwaan jadilah mata pedang
sajak Puntadewa untuk Drupadi
kesetiaan yang luhur
jadilah cahaya kembara
ku temukan kau dalam do'a
wahai Drupadi
dari api suci kau terlahir
mengemban kesetiaan hingga akhir
kesetiaan yang dipertaruhkan
dalam sayembara dan dadu
demi langit dan bumi
demi harkatmu sebagai putri agni
kau bersumpah:
kau tiada akan mengikat rambut
sebelum mencucinya dengan darah Dursasana
Tuhan menjaga hijabmu karena kesetiaanmu
karena hijabmu
kesetiaanmu senantiasa terjaga
jadilah cahaya kembara
ku temukan kau dalam do'a
wahai Drupadi
dari api suci kau terlahir
mengemban kesetiaan hingga akhir
kesetiaan yang dipertaruhkan
dalam sayembara dan dadu
demi langit dan bumi
demi harkatmu sebagai putri agni
kau bersumpah:
kau tiada akan mengikat rambut
sebelum mencucinya dengan darah Dursasana
Tuhan menjaga hijabmu karena kesetiaanmu
karena hijabmu
kesetiaanmu senantiasa terjaga
Saturday, October 1, 2011
sajak cinta mendaki
langkah tiada ingin terhenti
masih terjal ditapaki
kau cahaya hati
cinta merupa wanita
kehadiranmu sungguh
harapku
beriring menuju surga
mendaki lebih tinggi
bersama cinta aku lantunkan do'a
Subscribe to:
Posts (Atom)