setengah dari cangkir kopi
ada yang tersisa dikota milikmu
selain debu kesibukan dan keangkuhan
lembar-lembar sejarah belum selesai ditafsirkan,
kita tambah sebaris aksara~jadi lebih meriah
sadar, tiada tempat tuk sekedar berteduh
bagi lelaki yang terasing dalam ruang yang bising
selain pada aksara, dimana jerit rindu kualamatkan
setengah lagi dari cangkir kopi
[kuangkat dengan telunjuk~sekedar (beri) hormat:
bayang senyum yang senantiasa menemani]
deru kota milikmu, belum juga kumengerti
sedang suratan nasib harus rela dihadapi
dan halusinasi bersamaku, kini
setengah,
mbulan setengah bercahaya
setengahnya lagi, entah
senyummu cair,
lelah dalam penantian
malam telah tiba
yang kurindu bercadar doa
No comments:
Post a Comment