merajut aksara (membaca Indonesia) dalam syair sang penyaksi:
Di depan rumah rakyat~gedung-gedung tinggi bertingkat
ada pula kardus-kardus tempat berteduh
semoga masih berkibar bangga sang saka di istana
ada bocah bernyanyi diantara himpit kendaraan
situa meminta-minta
negeri makmur, aman-sentausa
bocah-bocah teriak merdeka (meski) tak sekolah
wajah-wajah hipokrit menghias ruang pendidikan
bangku sekolah jadi barang dagangan
dan yang berkepentingan hanya termangu diam
diam, tak terpikir sebentuk gerakan
sebentuk dobrakan
dengar
dengarlah nyanyian tuan besar
berkelakar tentang cinta
merayu pelacur dengan Hak Asasi Manusia
sembari melecehkan kemanusiaan
dan
dari jalanan terdengar: hymne kebingungan
tanya tak lagi melahirkan jawab
hanya menghujamkan tanya-tanya lagi
birokrat berselingkuh dengan pengusaha
menjual harga diri bangsa
keadilan sosial milik siapa?
Jika yang bersalah, masih mampu pergi tamasya
karenanya: penyair tumpahkan kata
No comments:
Post a Comment